Mengapa influencer harus berhenti promosikan judi

Dalam era digital saat ini, influencer memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk opini dan perilaku masyarakat, terutama generasi muda. Mereka tidak hanya menjadi panutan dalam hal gaya hidup, tetapi juga sering dijadikan acuan dalam membuat keputusan, termasuk keputusan finansial dan hiburan. Meskipun promosi ini kerap dibungkus dengan kesan santai atau hiburan, realitas di baliknya bisa sangat merugikan. Sudah saatnya para influencer menghentikan praktik ini demi tanggung jawab moral dan kesejahteraan sosial.

Mengapa influencer harus berhenti promosikan judi

1. Dampak Buruk terhadap Pengikut Muda

Mayoritas pengikut influencer di media sosial adalah remaja dan dewasa muda—kelompok usia yang masih dalam tahap pencarian jati diri dan sangat mudah terpengaruh. Ketika seorang influencer mempromosikan judi online, mereka secara tidak langsung membuka pintu bagi audiens muda untuk mencoba praktik yang berisiko tinggi tersebut. Judi dapat menimbulkan ketagihan, masalah keuangan, hingga gangguan mental. Bahkan satu kali mencoba karena penasaran bisa berujung pada kebiasaan yang sulit dihentikan.

2. Judi Bukan Hiburan Biasa

Banyak influencer memposisikan judi online sebagai bentuk “hiburan digital” atau “cara cepat kaya,” tanpa mengungkapkan risiko dan kerugian nyata yang bisa terjadi. Ini menyesatkan. Judi bukan sekadar game, melainkan aktivitas dengan potensi kecanduan tinggi yang bisa menghancurkan hidup seseorang secara perlahan. Penggambaran judi sebagai aktivitas yang normal dan menyenangkan menciptakan persepsi keliru bahwa ini adalah pilihan yang aman, padahal tidak demikian.

3. Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Menjadi influencer bukan hanya soal popularitas, tetapi juga tentang tanggung jawab. Dengan jutaan pengikut, opini seorang influencer bisa memiliki dampak lebih besar daripada iklan konvensional. Jika digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai positif, dampaknya akan sangat luar biasa. Namun sebaliknya, jika digunakan untuk mendukung aktivitas yang merugikan, seperti perjudian, maka mereka secara tidak langsung menjadi bagian dari masalah sosial yang lebih besar. Etika dalam profesi sebagai public figure harus diutamakan.

4. Potensi Masalah Hukum

Beberapa negara, termasuk Indonesia, memiliki regulasi yang jelas mengenai larangan perjudian dan promosi kontennya. Influencer yang mempromosikan judi online, apalagi situs ilegal, berisiko menghadapi sanksi hukum. Promosi semacam ini juga bisa merusak reputasi influencer itu sendiri, apalagi jika sampai viral dan menuai kritik dari publik serta media. Kredibilitas yang dibangun bertahun-tahun bisa hancur dalam sekejap.

5. Ada Banyak Alternatif Promosi yang Lebih Bertanggung Jawab

Bukan berarti influencer tidak boleh mencari penghasilan melalui endorsement. Justru sebaliknya, ada begitu banyak produk dan layanan yang bisa dipromosikan secara etis, mulai dari produk kecantikan, makanan sehat, aplikasi edukatif, hingga kampanye sosial. Menggunakan pengaruh untuk hal-hal positif akan jauh lebih berdampak jangka panjang dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

6. Mendorong Perubahan Budaya Digital

Ketika influencer berhenti mempromosikan judi, mereka ikut berperan dalam menciptakan budaya digital yang lebih sehat. Mereka bisa menjadi agen perubahan yang mendorong edukasi, literasi keuangan, dan kesadaran digital di kalangan pengikut mereka. Dengan sikap yang tegas terhadap hal-hal negatif, influencer dapat membangun komunitas yang sadar risiko dan lebih bijak dalam mengambil keputusan online.

Kesimpulan

Influencer memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menginspirasi, dan karena itulah mereka harus lebih berhati-hati dalam memilih brand atau produk yang dipromosikan. Judi online bukanlah hiburan aman, dan promosi terhadapnya dapat menimbulkan kerusakan sosial yang luas. Saatnya para influencer menyadari peran penting mereka dan memilih untuk menjadi suara yang membawa dampak positif, bukan justru mempromosikan perilaku yang bisa merusak masa depan generasi muda.